top of page

5 Alasan Materi Training Perusahaan Perlu Ditransformasi Menjadi Microlearning


Istilah microlearning sudah tidak asing lagi dalam dunia pembelajaran selular (mobile-learning). Microlearning dikenal sebagai metode pembelajaran yang menyajikan materi berkesinambungan dalam ukuran kecil (bite-sized courses) dan bertujuan untuk meningkatkan performa peserta belajar. Materi dengan format bite-sized dan interaktif terbukti lebih mudah dipahami, dapat “diselipkan” di antara waktu kerja, dan 20% lebih banyak diingat dibandingkan dengan materi dalam format panjang. Selain itu, pembelajaran microlearning melalui aplikasi membuat pembelajar seakan selalu ditemani oleh pelatih, termasuk saat ditugaskan untuk mempraktikkan materi.

Pembelajaran yang sesuai dengan gaya hidup generasi Milenial & Generasi Z .

Jumlah generasi Millennials dan Generasi Z yang berada di pasar kerja sudah mencapai 60 juta (hampir 50% dari generasi usia produktif di Indonesia). Mereka adalah generasi yang sudah bersahabat dan bahkan tidak pernah lepas dari teknologi smartphone di manapun mereka berada. Oleh karena itu, cara terbaik untuk berkomunikasi, melatih, mendidik, bekerja bersama, memonitor dan juga memotivasi mereka adalah melalui aplikasi mobile yang selalu ada bersama mereka.

Microlearning memberikan dampak langsung dan nyata.

Microlearning yang difasilitasi oleh teknologi aplikasi mobile dapat dengan mudah mengukur kemajuan peserta belajar dalam memahami pengetahuan dan menguasai keterampilan baru. Pemahaman terhadap pengetahuan baru dapat diukur dengan menempatkan kuis atau ujian dalam aplikasi mobile. Penguasaan keterampilan dapat dibuktikan dengan penyajian gambar atau video saat proses pengaplikasian materi, serta testimoni dari pihak penguji.

Penghematan biaya pelatihan perusahaan.

Berapakah biaya pelatihan yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk penyelenggaraan sebuah pelatihan? Selain biaya untuk trainer, terdapat biaya-biaya lain yang perlu dikeluarkan perusahaan untuk mendukung proses training, seperti biaya transportasi, akomodasi peserta, sewa tempat pelatihan, dan waktu kerja yang hilang ketika peserta belajar datang dari luar kota. Jika dibandingkan dengan model pelatihan tradisional, pelatihan secara digital menggunakan microlearning dapat menghemat waktu dan biaya karena dapat dihadirkan di sela-sela waktu kerja. Karyawan bisa mendapatkan pelatihan kapan pun dan di mana pun ia berada melalui ponsel yang mereka bawa setiap saat.

The quick and cost-effective Microlearning strategy yielded better results. Learners could pick and choose the relevant lessons at the point of need. There was a drastic improvement in their performance.

Membangun budaya belajar mandiri.

Business News Daily melaporkan sebuah studi yang menemukan bahwa karyawan menghabiskan hampir delapan jam seminggu untuk kegiatan di luar pekerjaan, terutama melakukan kegiatan di perangkat seluler mereka. Waktu yang terbuang ini tidak terhindarkan karena perusahaan tidak dapat melarang karyawan membawa smartphone selama jam kerja. Untuk mendorong karyawan lebih bijak dalam menggunakan smartphone saat jam kerja, perusahaan dapat membangun kebiasaan belajar mandiri dengan menjadikannya smartphone sebagai alat belajar yang akan menjadi modal besar dalam menghadapi era 4.0.

Menyeleksi talenta unggul.

Aplikasi NAOLEARN dirancang untuk memfasilitasi microlearning dengan menyediakan data dan analisis dari kegiatan pembelajaran peserta, sehingga pelatih dapat mengamati proses belajar para peserta dan menyeleksi talenta unggul berdasarkan real-time data.


18 views0 comments
bottom of page